Komisi V Soroti Basarnas Tidak Punya Alat Sonar dan Kurangnya Operator
Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Komplek DPR, Senayan, Jakarta Pusat, pada Senin, 7 Juli siang.
Selain membahas laporan keuangan dan evaluasi pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2025, rapat tersebut juga menyoroti insiden tenggelamnya kapal KMP Tunu Pratama Jaya.
Dalam RDP, Ketua Komisi V DPR, Lasarus, menanyakan Basarnas terkait insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali dan sejauh mana operasi penyelamatan dan pencarian yang telah dilakukan.
Dari pertanyaan tersebut, terungkap bahwa Basarnas belum mempunyai alat sonar untuk menentukan posisi kapal tenggelam, serta operator untuk mengoperasikannya.
Sejauh ini, Basarnas hanya mempunyai alat untuk mendeteksi apakah masih ada korban yang terjebak di dalam kapal yang sudah tenggelam, bukan untuk mencari titik lokasi tenggelamnya kapal.
Sementara itu, Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, menyebutkan operasi penyelamatan dan pencarian akan dilakukan selama tujuh hari.
Namun, jika korban belum ditemukan seluruhnya, Basarnas akan melakukan evaluasi dan kembali melanjutkan pencarian.
Selanjutnya, Komisi V meminta Basarnas untuk mengutamakan pengadaan alat-alat tersebut, mengingat luas perairan Indonesia yang sangat besar dan potensi kecelakaan di laut yang juga tinggi.
Faisal Fazri, Jawapos TV, memberitakan.