
Pemerintah Mesti Berperan Hidupkan Iklim Bisnis Media Berkelanjutan
Pontianak – Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Kalbar, Muhlis Suhaeri menegaskan, butuh kerja sama semua pihak, agar iklim media massa di Kalbar, dapat tumbuh dengan baik.
Muhlis mengungkapkan hal itu, menanggapi isu yang terjadi baru-baru ini, terkait pemberitaan yang sedang ramai di media massa.
Ketika menjalankan tugas jurnalistik, seorang jurnalis harus memiliki kapasitas yang baik, dan menjunjung tinggi etika jurnalistik, Selasa (12/8/2025).
Jurnalis harus memahami UU Pokok Pers Nomor 40 Tahun 1999. Sebab, dari UU itulah, semua aturan dalam menjalankan tugas sebagai jurnalis, tertulis dan dirumuskan.
Bila semua aturan itu tidak dipahami, bisa menimbulkan salah persepsi dan misinformasi. Fenomena terjadinya miskomunikasi atau salah persepsi, karena ada sesuatu yang pincang atau terputus, ketika jurnalis menjalankan tugas.
Ketika seseorang memutuskan bekerja sebagai jurnalis, harus siap dengan situasi, masalah dan isu yang terus berkembang. Karenanya, jurnalis harus terus memperbaiki kapasitas diri.
Jurnalis ketika menanggapi suatu isu, lalu menulis atau menuangkannya dalam bentuk gambar atau video, harus memiliki persepsi yang baik, sehingga tidak menimbulkan masalah atau miskomunikasi.
Jurnalis harus memiliki ketrampilan yang baik di bidang jurnalistik. Tugas dari perusahaan media massa, untuk meningkatkan kapasitas jurnalisnya.
Salah satunya, melakukan pelatihan berjenjang sehingga jurnalis dapat membuat berita yang baik, adil, proporsional dan komprehensif.
Namun, sebaik apa pun media massa membuat suatu berita dan menjalankan tuas jurnalistik, kehidupan media tidak bakal berlangung lama, bila tidak didukung dengan bisnis media massa yang berkelanjutan.
Media massa harus dihidupkan melalui iklim bisnis yang berkelanjutan.
Ketika perusahaan media sehat dan dapat menggaji jurnalisnya dengan layak, para jurnalis tidak akan berfikir macam-macam, ketika menjalankan profesinya.
Ini menjadi konsen AMSI. Jurnalis harus bekerja secara professional. Membuat berita yang baik, berimbang dan berkeadilan.
Dua hal itu sesuai dengan platform dan slogan AMSI. Yaitu, membuat berita yang bermutu, dan bisnis media yang berkelanjutan.
Semua pihak, mulai dari perusahaan, pemerintah, lembaga, dan institusi lainnya, mestinya harus lebih peduli dengan iklim media yang sehat dan berkualitas.
Caranya, bekerja sama dengan media tersebut, beriklan atau membuat kegiatan bersama. Tapi, tentu tidak dengan melakukan intervensi pemberitaan di media tersebut.
Sebab, media yang baik dan dapat dipercaya, hanya lahir dari ruang redaksi yang demokratis. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan menghargai nilai kemanusiaan.
Selain itu, produk jurnalistik yang baik, dihasilkan dari jurnalis yang memiliki kapasitas, dan pengetahuan yang baik. Juga memahami dan memegang etika jurnalistik, serta patuh pada etika profesinya.
Ketika media membuat produk jurnalistik yang baik dan jernih, berita itu dapat menjadi acuan bagi warga.
Sehingga warga bisa menentukan sikap dan ambil keputusan, dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Pemerintah, diharapkan dapat menciptakan iklim media yang baik, sehingga kerja jurnalistik menjadi lebih baik.
Ketika semua berjalan dengan baik, kerja pemerintah menjalankan program pembangunan dan menyejahterakan rakyat, dapat berjalan lebih baik, sehingga tidak ada alasan bagi media massa, mencari-cari atau membuat berita tidak baik, terkait apa pun.
Semua pihak juga harus memahami cara kerja media, termasuk ketika orang media ingin melakukan konfirmasi demi keberimbangan berita.
Jangan ketika beritanya sudah keluar, lalu komplain karena dianggap tidak fair atau tidak adil, karena tidak menyertakan konfirmasi dari pihaknya.
Selain itu, pejabat atau pengambil kebijakan lainnya, diminta tidak menggunakan diksi atau kalimat yang bisa memancing miskomunikasi atau salah persepsi. (rilis/01)
Foto: Jajarangan pengurus AMSI Kalbar di Sekretariat, Jalan Tanjung Permai (Untan) No. 89, Pontianak.